Nuestros mejores spreads y condiciones

USD/IDR tetap bertahan di sekitar $ 14.335, turun 0,08% intraday, setelah Indonesia melaporkan angka Penjualan Ritel yang kuat untuk bulan Desember selama pagi ini. Yang menambah bias bearish adalah secercah harapan mengenai masalah Rusia-Ukraina.
Penjualan Ritel Indonesia untuk bulan Desember naik di atas 10,8% menjadi 13,8% YoY pada bulan Desember, menurut Survei Bank Indonesia (BI).
BI membiarkan kebijakan moneter tidak berubah dalam sepekan terakhir dan ekonomi Indonesia yang baru-baru ini menguat membantu pasangan Rupiah (IDR) untuk menyerang DMA-200. Yang menambah bias bearish adalah berita terbaru yang menunjukkan permintaan Ukraina ke Rusia untuk pertemuan dalam 48 jam ke depan, yang pada gilirannya menenangkan kekhawatiran pasar akan perang yang akan segera terjadi dan menjinakkan permintaan safe-haven Dolar AS.
Selain itu, CME FedWatch Tool menunjukkan hampir 50-50 kemungkinan kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin (bp) Fed pada bulan Maret versus pergerakan 0,25%. Sebelumnya, terutama setelah rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) AS, pasar hampir pasti akan dorongan yang lebih tinggi terhadap suku bunga. Pembacaan awal Sentimen Konsumen Michigan AS untuk bulan Februari turun dari 67,2 menjadi 61,7 pada hari Jumat.
Di tengah drama ini, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun berhenti di sekitar 1,95%, setelah turun lebih dari 11 basis poin (bp) pada hari sebelumnya. Selanjutnya, S&P 500 Futures mencetak kenaikan ringan pada saat ini. Namun, saham-saham di zona Asia-Pasifik tetap bearish.
Selanjutnya, katalis risiko cenderung menghibur pedagang USD/IDR menjelang Risalah Pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) hari Rabu.
Penjual USD/IDR menyerang level DMA-200 di sekitar $14.330 dengan target pada level acuan $14.300. Perlu dicatat bahwa penjual mempertahankan kendali sampai menyaksikan kenaikan yang jelas sebesar $14.450.